Festival Pacu Jalur di Kuansing
Kabupaten Kuansing (singkatan dari “Kuantan Singingi”), juga sering disebut dengan Rantau Kuantan atau daerah perantauan orang-orang dari Minangkabau. Di Kabupaten Kuantan Singingi ini ada sebuah perlombaan tradisional yang sangat populer, yaitu perlombaan “Pacu Jalur”. Festival Pacu Jalur merupakan salah satu budaya kebanggaan masyarakat Provinsi Riau, khususnya masyarakat Kuantan Singingi.
Perayaan Peringatan Hari Besar

Pada awalnya, Pacu Jalur hanya
diselenggarakan oleh desa-desa yang berada di sepanjang Sungai Kuantan.
Festival tersebut diadakan untuk memperingati sekaligus memeriahkan
hari-hari besar umat Islam. Seperti Maulud Nabi, Idul Fitri atau Tahun
Baru Muharam (1 Sura). Namun setelah kemerdekaan Republik Indonesia,
Festival Pacu Jalur Kuantan juga diselenggarakan untuk merayakan Hari
Kemerdekaan RI. Biasanya festival ini dilaksanakan pada tanggal 23-26
Agustus setiap tahunnya di Pulau Sumatera.
Jalur/Perahu Pacu

Jumlah pendayung perahu/Jalur berkisar
antara 50 sampai 60 orang (tergantung dari panjang perahu). Anggota
sebuah Jalur disebut “anak pacu” yang terdiri atas “Tukang Kayu”,
“Tukang Concang” (komandan atau pemberi aba-aba), “Tukang Pinggang”
(juru mudi), “Tukang Onjai” (pemberi irama di bagian kemudi dengan cara
menggoyang-goyangkan badan), dan “Tukang Tari” (yang membantu tukang
Onjai dalam memberi tekanan yang seimbang, agar Jalur dapat
berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama). Selain pemain, dalam
lomba Pacu Jalur juga ada wasit dan juri yang bertugas mengawasi
jalannya perlombaan dan menetapkan pemenang.
Sebagai catatan, ukuran dan kapasitas
Jalur serta jumlah Anak Pacunya dalam lomba ini tidak dipersoalkan.
Karena sebuah mitos, bahwa kemenangan ditentukan dari kekuatan magis
yang ada pada kayu (yang dijadikan Jalur) serta kesaktian sang pawang
dalam “mengendalikan” Jalur.
Dentuman Meriam
Perlombaan Pacu Jalur Taluk Kuantan
memakai penilaian “sistem gugur”. Sehingga peserta yang kalah tidak
boleh turut bermain kembali. Sedangkan para pemenangnya akan diadu
kembali untuk mendapatkan pemenang utama. Selain itu juga menggunakan
“sistem setengah kompetisi”. Dimana setiap regu akan bermain beberapa
kali, dan regu yang selalu menang hingga perlombaan terakhir akan
menjadi juaranya.
Perlombaan meriah ini dimulai dengan
tanda yang cukup unik, yaitu dengan membunyikan meriam. Bagi Anda yang
belum terbiasa mendengar suara meriam ini jangan kaget. Meriam ini
digunakan karena bila memakai peluit, suara peluit tidak akan terdengar
oleh peserta lomba. Karena luasnya arena pacu dan hiruk pikuk penonton
yang menyaksikan perlombaan.
Pada dentuman pertama Jalur-Jalur (perahu-perahu) yang telah ditentukan urutannya akan berjejer di garis start.
Pada dentuman kedua, mereka akan berada dalam posisi siap untuk
mengayuh dayung. Dan setelah wasit membunyikan meriam untuk yang ketiga
kalinya, maka dimulailah perlombaan Pacu Jalur tersebut. Setiap regu
akan berlomba memacu (mengayuh) Jalurnya dan mengerahkan kemampuan
terbaiknya untuk mencapai garis finish.
Sebelum acara puncak festival Pacu Jalur
ini dimulai, Anda terlebih dahulu akan dihibur dengan penampilan
tari-tarian dan nyanyian daerah untuk menghibur peserta dan masyarakat
yang menyaksikan acara ini. Biasanya festival ini diikuti oleh ratusan
perahu dan melibatkan ribuan atlet dayung. Festival Pacu Jalur Taluk Kuantan
ini juga disaksikan oleh ratusan ribu penonton, serta menarik perhatian
wisatawan domestik maupun mancanegara. Pastikan, Anda tidak melewatkan
acara tahunan ini apabila tengah berlibur di Provinsi Riau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar