Kabupaten Kampar
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Kabupaten Kampar
|
|
Pemerintahan
|
|
- Bupati
|
H. Jefri Noer
|
- DAU
|
Rp. 440.702.230.500,-(2011)[1]
|
Luas
|
10.928,20 km2
|
Populasi
|
|
- Total
|
|
- Kepadatan
|
62,98 jiwa/km2
|
Demografi
|
|
+62 762
|
|
Pembagian administratif
|
|
21
|
|
207
|
|
- Situs web
|
Di samping
julukan Bumi Sarimadu, Kabupaten Kampar yang beribukota di Bangkinang ini juga dikenal dengan julukan Serambi
Mekkah di Provinsi Riau. Kabupaten ini memiliki luas 10.928,20 km²
atau 12,26% dari luas Provinsi Riau dan berpenduduk ±688.204 jiwa (SP2010).
Daftar isi
- 1 Sejarah
- 2 Geografi
- 3 Pemerintahan
- 4 Demografi
- 5 Perekonomian
- 6 Pariwisata dan Budaya
- 7 Rujukan
- 8 Kepustakaan
- 9 Pranala luar
Sejarah
Pada awalnya
Kampar termasuk sebuah kawasan yang luas, merupakan sebuah kawasan yang dilalui
oleh sebuah sungai besar, yang disebut dengan Sungai Kampar. Berkaitan dengan Prasasti Kedukan Bukit,
beberapa sejarahwan menafsirkan Minanga Tanvar dapat bermaksud dengan
pertemuan dua sungai yang diasumsikan pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Sungai
Kampar Kiri. Penafsiran ini didukung dengan penemuan Candi Muara Takus di tepian Sungai Kampar Kanan,
yang diperkirakan telah ada pada masa Sriwijaya.[2]
Berdasarkan Sulalatus Salatin, disebutkan adanya keterkaitan Malaka dengan Kampar. Kemudian juga disebutkan
Sultan Malaka terakhir, Sultan Mahmud Syah
setelah jatuhnya Bintan tahun 1526 ke tangan Portugal, melarikan
diri ke Kampar, dua tahun berikutnya wafat dan dimakamkan di Kampar.[3] Dalam catatan Portugal, disebutkan
bahwa di Kampar waktu itu telah dipimpim oleh seorang raja,
yang juga memiliki hubungan dengan penguasa Minangkabau.[4] Tomas Dias
dalam ekspedisinya ke pedalaman Minangkabau tahun 1684, menyebutkan bahwa ia
menelusuri Sungai Siak kemudian
sampai pada suatu kawasan, pindah dan melanjutkan perjalanan darat menuju Sungai Kampar. Dalam perjalanan tersebut ia
berjumpa dengan penguasa setempat dan meminta izin menuju Pagaruyung.[5]
Geografi
Kabupaten
Kampar dengan luas lebih kurang 27.908,32 km² merupakan daerah yang
terletak antara 1°00’40” Lintang Utara sampai 0°27’00” Lintang Selatan dan
100°28’30” – 101°14’30” Bujur Timur.[6] Batas-batas daerah Kabupaten Kampar
adalah sebagai berikut :
Kabupaten
Kampar dilalui oleh dua buah sungai besar dan beberapa sungai kecil, di
antaranya Sungai Kampar yang
panjangnya ± 413,5 km dengan kedalaman rata-rata 7,7 m dan lebar rata-rata
143 meter. Seluruh bagian sungai ini termasuk dalam Kabupaten Kampar yang
meliputi Kecamatan XIII Koto Kampar, Bangkinang, Bangkinang Barat, Kampar, Siak Hulu,
dan Kampar Kiri. Kemudian Sungai Siak bagian hulu
yakni panjangnya ± 90 km dengan kedalaman rata-rata 8 – 12 m yang
melintasi kecamatan Tapung. Sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten
Kampar ini sebagian masih berfungsi baik sebagai sarana perhubungan, sumber air
bersih, budi daya ikan, maupun sebagai sumber energi listrik (PLTA
Koto Panjang).
Kabupaten
Kampar pada umumnya beriklim tropis, suhu minimum terjadi pada bulan November
dan Desember yaitu sebesar 21 °C. Suhu maksimum terjadi pada Juli dengan
temperatur 35 °C. Jumlah hari hujan pada tahun 2009, yang terbanyak adalah
di sekitar Bangkinang Seberang dan Kampar Kiri.
Pemerintahan
Kabupaten
Kampar pada awalnya berada dalam Provinsi Sumatera
Tengah, dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1956 dengan ibu kota Bangkinang.[7] Kemudian masuk wilayah Provinsi Riau,
berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 dan dikukuhkan oleh
Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958.[8] Kemudian untuk perkembangan Kota Pekanbaru, Pemerintah daerah Kampar
menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan
wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987.[9]
Sesuai dengan
Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor : KPTS.
318VII1987 tanggal 17 Juli 1987, Kabupaten Kampar terdiri dari 19 kecamatan
dengan dua Pembantu Bupati. Pembantu Bupati Wilayah I berkedudukan di Pasir
Pangarayan dan Pembantu Bupati Wilayah II di Pangkalan Kerinci. Pembantu Bupati
Wilayah I mengkoordinir wilayah Kecamatan Rambah, Tandun, Rokan IV Koto, Kunto
Darussalam, Kepenuhan, dan Tambusai. Pembantu Bupati Wilayah II mengkoordinir
wilayah Kecamatan Langgam, Pangkalan Kuras, Bunut, dan Kuala Kampar. Sedangkan
kecamatan lainnya yang tidak termasuk wilayah pembantu Bupati wilayah I &
II berada langsung di bawah koordinator Kabupaten.
Kabupaten
Kampar saat ini dipimpin oleh pasangan Gubernur H. Jefry Noer dan Wakil
Gubernur H. Ibrahim Ali SH, yang ditetapkan oleh sidang pleno Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Kampar untuk masa jabatan 2011-2016.[10]
Daftar Bupati Kampar
|
||
Nama
|
Periode
|
|
Ali
Lubis
|
s/d Maret 1958
|
|
Abdul
Muis Datuk Rangkayo Marajo
|
s/d September 1958
|
|
Datuk
Wan Abdul Rahman
|
s/d Oktober 1959
|
|
Datuk
Harunsyah
|
2 Januari 1960 - 11 Februari 1965
|
|
Tengku
Muhammad
|
11 November 1965 - 17 Mei 1967
|
|
Raden
Soebrantas Siswanto
|
18 Mei 1967 - 18 September 1978
|
|
A.
Makahamid, S.H.
|
7 September 1978 - 14 Pebruari
1979
|
|
Sartono
Hadisumarto
|
14 Pebruari 1979 - 14 Pebruari
1984
|
|
Syarifuddin
|
28 Mei 1984 - 3 Oktober 1986
|
|
H.
Saleh Djasit, S.H.
|
April 1986 - 03 April 1996
|
|
H.
M. Azaly Djohan, S.H.
|
3 April 1996 - 4 Nopember 1996
|
|
Drs.
H. Beng Sabli
|
4 Nopember 1996 - 5 April 2001
|
|
Drs.
H. Syawir Hamid
|
5 April 2001 - 23 Nopember 2001
|
|
H.
Jefri Noer
|
23 Nopember 2001 - 25 Maret 2004
|
|
H.
Rusli Zainal
|
25 Maret 2004 - 23 September 2005
|
|
H.
Jefri Noer
|
23 September 2005 - 23 November
2006
|
|
Drs.
H. Burhanuddin Husin, M.M.
|
23 November 2006 - 10 Desermber
2011
|
|
H.
Jefri Noer
|
11 Desermber 2011 - sekarang
|
|
Sumber: Situs Resmi Pemerintahan
Daerah Kabupaten Kampar[11]
|
Kecamatan
Kabupaten
Kampar memiliki 21 kecamatan, sebagai hasil pemekaran dari 12 kecamatan
sebelumnya. Kedua puluh satu kecamatan tersebut (beserta ibu kota kecamatan) adalah:
- Bangkinang (ibu kota: Bangkinang).
- Bangkinang Barat (ibu kota: Kuok).
- Bangkinang Seberang (ibu kota: Muara Uwai).
- Gunung Sahilan (ibu kota: Kebun Durian).
- Kampar (ibu kota: Air Tiris).
- Kampar Kiri (ibu kota: Lipat Kain).
- Kampar Kiri Hilir (ibu kota: Sei.Pagar).
- Kampar Kiri Hulu (ibu kota: Gema).
- Kampar Timur (ibu kota: Kampar).
- Kampar Utara (ibu kota: Desa Sawah).
- Perhentian Raja (ibu kota: Pantai Raja).
- Rumbio Jaya (ibu kota: Teratak).
- Salo (ibu kota: Salo).
- Siak Hulu (ibu kota: Pangkalanbaru).
- Tambang (ibu kota: Sei.Pinang).
- Tapung (ibu kota: Petapahan).
- Tapung Hilir (ibu kota: Pantai Cermin).
- Tapung Hulu (ibu kota: Sinama Nenek).
- XIII Koto Kampar (ibu kota: Batu Besurat).
- Kampar Kiri Tengah (ibu kota: Simalinyang).
- Koto Kampar Hulu (ibukota: Tanjung)
Demografi
Jumlah penduduk
Kabupaten Kampar tahun 2010 tercatat 688,204 orang,[12] yang terdiri dari penduduk laki-laki
354,836 jiwa dan wanita 333,368 jiwa. Ratio jenis kelamin (perbandingan
penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan) adalah 109. Penduduk Kampar
adalah orang Minangkabau yang kerap
menyebut diri mereka sebagai Ughang Ocu, tersebar di sebagian besar
wilayah Kampar dengan Persukuan Domo, Malayu, Piliong/Piliang, Mandailiong, Putopang, Caniago, Kampai, Bendang, dll. Secara
sejarah, etnis, adat istiadat, dan budaya mereka sangat dekat dengan masyarakat
Minangkabau.[13] khususnya
dengan kawasan Luhak Limopuluah. Hal ini terjadi karena wilayah Kampar
baru terpisah dari Ranah Minang sejak masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Menurut H.Takahashi dalam bukunya Japan and Eastern Asia, 1953, Pemerintahan
Militer Kaigun di Sumatera memasukkan Kampar ke dalam wilayah Riau Shio sebagai
bagian dari strategi pertahanan teritorial militer di pantai Timur Sumatera.
Selanjutnya
terdapat juga sedikit etnis Melayu yang pada umumnya
bermukim di sekitar perbatasan Timur yang berbatasan dengan Siak
dan Pelalawan. Diikuti oleh etnis Jawa
yang sebagian telah menetap di Kampar sejak masa penjajahan dan masa
kemerdekaan melalui program transmigrasi yang
tersebar di sentra-sentra pemukiman transmigrasi. Didapati pula penduduk
beretnis Batak dalam jumlah yang cukup besar bekerja
sebagai buruh di sektor-sektor perkebunan dan jasa lainnya. Selain itu dalam
jumlah yang signifikan para pendatang bersuku Minangkabau lainnya asal Sumatera Barat yang umumnya berprofesi sebagai
pedagang dan pengusaha.
Kecamatan yang
paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kampar yaitu 333 jiwa/km², diikuti
oleh Kecamatan Kampar Utara 226 jiwa/km². Selain itu lima kecamatan yang agak
padat penduduknya berada di Kecamatan Rumbio Jaya, Bangkinang, Bangkinang
Barat, Perhentian Raja, dan Kampar Timur, masing –masing 216 jiwa/km², 191
jiwa/km², 158 jiwa/km², 154 dan 131 jiwa/km². Sedangkan dua kecamatan yang
relatif jarang penduduknya yaitu Kecamatan Kampar Kiri Hulu dengan kepadatan 9
jiwa/km² dan Kampar Kiri Hilir dengan 13 jiwa/km².
Agama
Penduduk
Kabupaten Kampar mayoritas beragama Islam, diikuti oleh Protestan, Katolik,
Budha, dan Hindu. Jumlah pemeluk agama yang paling banyak adalah pemeluk agama
Islam yang jumlahnya hampir 90% dari total pemeluk agama di seluruh wilayah
Kabupaten Kampar, selanjutnya pemeluk agama Kristen yang terbanyak kedua
sebanyak 63.557 orang atau 8,6%. Pemeluk agama Islam yang terbanyak berada di
Kecamatan Siak Hulu yaitu sebanyak 63.511 orang. Meski pada umumnya semua
Kecamatan di Kabupaten Kampar adalah mayoritas beragama Islam.
Masjid Jami Air Tiris, termasuk salah satu masjid tertua di Kabupaten Kampar.
Perekonomian
Kabupaten
Kampar mempunyai banyak potensi yang masih dapat dimanfaatkan, terutama di
bidang pertanian dan perikanan darat. Sebagian besar penduduk (67.22%)
bekerja di sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Hanya sebagian kecil
(0.22%) yang bekerja di sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, disamping
pemerintahan. Sebagai salah satu daerah terluas di Provinsi Riau, Kabupaten
Kampar secara berkelanjutan melakukan peningkatan fasilitas dan infrastruktur
seperti jaringan jalan raya (1.856,56 km), jaringan listrik (72,082 KWH)
dengan 5 unit pembangkit tenaga diesel Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) di Koto Panjang yang memproduksi energi
dengan kapasitas tersambung sebesar 114,240 KWH. Fasilitas lain yang juga telah
tersedia antara lain layanan telekomunikasi (telepon kabel, telepon selular,
dan jaringan internet) dan jaringan air bersih dengan kapasitas produksi
sebesar 1,532,284 m³.
Pertanian
Bidang
pertanian seperti kelapa sawit dan karet yang merupakan salah satu tanaman yang
sangat cocok buat lahan yang ada di Kabupaten kampar.
Perkebunan
Khusus
perkebunan perkebunan sawit untuk saat ini Kabupaten Kampar mempunyai luas
lahan 241,5 ribu hektare dengan potensi crude palm oil (CPO) sebanyak
966 ribu ton.
Perikanan
Di bidang
perikanan budidaya ikan patin yang dikembangkan melalui keramba (kolam ikan
berupa rakit) di sepanjang sungai kampar, ini terlihat banyaknya keramba yang
berjejer rapi di sepanjang sungai kampardan adanya kerjasama antara Pemda
Kampar dengan PT. Benecom dengan jumlah investasi Rp. 30 miliar yang mana
kedepannya Kampar akan menjadi sentra ikan patin dengan produksi 220 ton per
hari.
Pariwisata dan Budaya
Kabupaten
Kampar memiliki kawasan situs purbakala yang diperkirakan telah ada pada masa Sriwijaya yaitu Candi Muara Takus, kawasan ini selain menjadi
kawasan cagar budaya juga menjadi tujuan wisata religi bagi umat Buddha. Selain itu masyarakat Kampar yang beragama Islam,
masih melestarikan tradisi mandi balimau bakasai yaitu mandi
membersihkan diri di Sungai Kampar
terutama dalam menyambut bulan Ramadan. Kemudian terdapat
juga tradisi Ma'awuo ikan yaitu tradisi menangkap ikan secara
bersama-sama (ikan larangan) setahun sekali, terutama pada kawasan Danau Bokuok
(Kecamatan Tambang) dan Sungai Subayang di Desa Domo (Kecamatan Kampar Kiri
Hulu).
Budaya
masyarakat Kampar tidak lepas dari pengaruh Minangkabau,[13] yang identik
dengan sebutan Kampar Limo Koto dan dahulunya merupakan bagian dari Pagaruyung. Limo Koto terdiri dari Kuok, Salo,
Bangkinang, Air Tiris dan Rumbio. Terdapat banyak persukuan
yang masih dilestarikan hingga kini,[14] termasuk model kekerabatan dari jalur
ibu (matrilineal).[15] Konsep adat
dan tradisi persukuannya sama dengan konsep Minang khususnya di Luhak Limopuluah. Bahasa sehari-hari masyarakat
Kampar mirip dengan Bahasa Minangkabau,[16] atau disebut
dengan Bahasa Ocu
salah satu varian yang mirip dengan bahasa digunakan di Luhak Limopuluah.
Bahasa ini berlainan aksen dengan varian Bahasa Minangkabau yang dipakai oleh
masyarakat Luhak Agam, Luhak
Tanah Datar maupun kawasan
pesisir Minangkabau lainnya. Di samping itu, Kampar Limo Koto juga memiliki
semacam alat musik tradisional yang disebut dengan Calempong dan Oguong
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kampar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar