Candi Muara Takus
Objek Wisata
Candi Muara Takus adalah salah satu dari beberapa candi Budha, dan candi ini membuktikan bahwa pernah eksistensi agama Budha di kawasan ini beberapa abad silam. Walaupun para arkeolog belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan, namun mereka sepakat bahwa Candi ini berdiri pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya abad VII-XII Masehi.
Bangunan candi terbuat dari tanah liat dan bagian pagar terbuat dari batu putih. Selain Muara Takus, beberapa candi lainnya yang juga berdiri adalah Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka. Menurut beberapa sumber, batu yang digunakan untuk membangun candi ini terdiri dari bahan dasar seperti batu pasir, batu sungai dan batu bata. Batu bata tersebut berasal dari desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Selain itu, juga terdapat sebuah gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Berdasarkan hasil penelitian arkeologi tahun 1994, Candi Muara Takus terdiri dari pagar keliling, Candi Tua, Candi Bungsu, Candi Mahligai, Candi Palangka, Bangunan I, Bangunan II, Bangunan III, Bangunan IV, Bangunan VII, dan Tanggul kuno. Tidak cukup sampai di situ, di kompleks ini Anda juga akan menemukan fragmen arca singa, fragmen arca gajah pada puncak candi Mahligai, inskripsi mantra, pahatan vajra, gulungan daun emas dengan permukaan ukiran berpahat mantra dan gambar vajra.
Asal Usul Candi Muara Takus
Nama candi ini sendiri berasal dari nama anak sungai yang bermuara ke Batang Kampar Kanan.

Konon, masyarakat setempat percaya bahwa Candi Muara Takus dibangun berdasarkan permintaan dari seorang putri yang berasal dari India. Putri tersebut dibawa oleh Datuk Tiga Ahli ke Muara Takus setelah berlayar ke India. Di kalangan masyarakat Putri tersebut dikenal sebagai Putri Reno Wulan atau Putri Induk Dunia. Candi Muara Takus didirikan sebagai syarat kerelaannya dibawa ke negeri tersebut. Putri tersebut meminta dibuatkan candi yang serupa dengan candi di tempat orangtuanya berasal. Maka itulah Candi Muara Takus mempunyai kemiripan dengan Candi Asoka di India. Fenomena lain yang disaksikan sendiri oleh masyarakat sekitar yaitu adanya seekor gajah putih memimpin sekelompok gajah pada malam hari saat bulan purnama. Gajah-gajah tersebut mendatangi candi dan melakukan posisi seperti sujud abdi menyembah kepada junjungannya. Kemudian sekelompok gajah yang kurang lebih berjumlah 30 ekor tersebut mengelilingi Candi Muara Takus. Bila dihubungkan dengan mitologi Budha, gajah merupakan sebagai salah satu reinkarnasi Budha, dan juga sebagai simbol dan kendaraan seorang raja. Fenomena tersebut menandakan adanya kehidupan peradaban Budha di Riau pada masa lampau.
Ramuan bikin burung otong besar dan panjang https://www.youtube.com/watch?v=XuiPlw3T9dM
BalasHapusRamuan tradisional mengobati mata rabun dan mata minus https://www.youtube.com/watch?v=n4-SxauBA_Q
BalasHapus